Halaman

Sakura Trees

Sabtu, 16 Juni 2012

Love you so much [birth fic + sekuel Arigato Reituki] Reita x Ruki


Title                 : Love you so much [birth fic + sekuel Arigato Reituki]
Chapter           : oneshoot! *hobby bikin oneshoot nich*
Fandom           : The GazettE
Genre              : Romance, life drama, familly
Rated              : PG
Pairing             : Ruki x Reita, Akira x Aoi
Disclaimer       : Akang Ruki sang pokalist nan kawaii nan kakkoi mo nan bantet nan boncel juga *plak plak plak xD* adalah milik sang author nan kawaii*ikut narsis dikit* plak!#
NOTE             : yah pada akhirnya ada sekuelnya ini fict... haaah~~ y sudahlah ini kubikin jd birthday fict buat Papa. Papa!! Otanjoubi omedetou ne!!!!  *lari ke pelukan papa*
Yah silahkan dibaca fic abal ini. Yang minta sekuel, ini benar2 sekuel terakhir.
Summary         : “...dia pria?...”

DOUZO...

Akira POV


“Akira, kau tidak main dulu dengan kami?” ajak temanku ketika aku mau pulang.
“Ah maaf sekali. Aku tidak bisa.” Tolakku halus sambil menunjukkan wajah sesalku.
“Kau mau langsung pulang?”
“Ya begitulah. Kasian Kaasan di rumah menungguku.” Jelasku sambil berlalu dari hadapannya.
“Kau ini anak yang terlalu penurut, Akira. Setidaknya pernahlah untuk membangkang. Apa ibumu sekejam itu sampai sampai putranya tidak bisa main dengan sebayanya?”

Deg!

“Jangan bicara seperti itu tentang ibuku. Dia bukan orang seperti itu. Sebaliknya dia orang yang sangat baik. Tidak ada yang bisa mengalahkan ibuku.” Belaku.
“Hah? Sou ka? Meskipun dia laki laki?” ejeknya membuatku naik pitam.

BUAGH!
Kupukul wajahnya sekuat tenaga hingga ia hampir tersungkur kebelakang. Kutatap ia dengan marah. Aku benci. Aku benci dengan orang yang tak tahu apa apa berani menghina ibuku. Aku benci. Memangnya kenapa kalau ibuku laki laki? Toh ibuku juga tak kalah baik dan sayangnya dibandingkan ibu ibu normal lainnya.

“Kau yang tak tahu apa apa jangan pernah mengatai ibuku! Memangnya kenapa kalau ibuku itu pria? Toh dia juga tak kalah dengan ibumu!” sentaknya.

Aku tahu saat ini mahasiswa lainnnya menatap kami berdua. Tapi aku tak peduli. Biar saja mereka tahu kalau ibuku laki laki. Toh aku tak pernah malu ataupun menyesal sekalipun seperti itu.

“Dasar anak pasangan yaoi! Belagu amat jadi orang.” Ejeknya lagi membuatku semakin naik pitam. Segera kuhampiri anak itu dan—

Bruk!
“Akira, jangan. Ini akan membuat ibumu merasa sedih...” tutur lembut seseorang yang menubruk dan memelukku dari belakang.
Seketika ku hentikan gerakanku dan membalikkan tubuhku untuk menatap sosok itu, “Aoi...”
“Huh! Anaknya pun ikutan yaoi juga. Sungguh keluarga yaoi konyol. Hahaha...” ejeknya lagi. Aku pasti menghajarnya lagi kalau saja Aoi tidak menahan lenganku.
“Lebih baik kau pulang. Ibumu pasti sudah menunggumu. Ayo...” ajaknya sambil menarik tanganku keluar kelas. Kuabaikan semua tatapan dari semua mahasiswa yang ada. Aku tak peduli. Toh, bukan hanya aku dan Aoi yang yaoi. Di tempat ini pasti ada yang lain.

>_</


Aoi POV


“Maaf...” katanya saat ia mengantarku pulang dengan motornya.
“Apa?”
“Kau pasti sakit ya di hina seperti itu?”
“Kenapa harus sakit? Aku tidak keberatan. Toh aku menyukaimu dan kau menyukaiku juga kan?” tanyaku.

Di hentikannya motor miliknya ketika sudah sampai di apatoku. Di lepaskan helm dari kepalanya hingga aku bisa melihat wajah tampannya dengan rambut pirangnya yang sanggup membuatku berdebar.

“Tentu saja aku menyukaimu, Aoi. Sangat. Aku hanya tidak ingin membuatmu terluka gara gara hubungan ini. Kalau ini membuatmu terluka aku tidak akan memaafkan diriku sendiri.” Tuturnya sambil menatap mataku dengan sendu.

Kupeluk erat tubuh jangkungnya dan kutenggelamkan wajahku di dada bidangnya hingga aku bisa mendengar detak jantungnya yang merdu. Dapat kurasakan kehangatannya menyelimutiku saat dia membalas pelukanku.

“Aku akan semakin terluka seandainya kau meninggalkanku, Akira. Aku tidak mau kehilanganmu.” Kataku.
“Aoi...” bisiknya lembut sesaat sebelum kurasakan kehangatan menyelimuti bibirku ketika bibirnya menyentuh bibirku.

>_</


“Kamu ingin menikah, Ue?” tanya Ruki terkejut sampai sampai ia tidak sanggup melanjutkan makan malamnya.
“Iya, Kaasan. Aku ingin menikahi seseorang.” Jawab Akira sambil menatap ibunya yang tercengang.
“Tapi selama ini kamu tidak pernah menceritakan ataupun mengajak kekasihmu itu kesini. Sekarang gadis yang bagaimana lagi?” tanya Ruki sambil melanjutkan kembali makannya.
“Aoi namanya. Dia temanku sekampus. Tubuhnya cukup tinggi. Rambutnya hitam pekat menawan. Tatapannya yang tajam kadang melembut saat kutatap. Dia sangat cantik...sedikit tampan ju—“
“Uhuk! Huk huk! Uhuk...” seketika Ruki tersedak ketika mendengar perkataan terakhir putranya.
“Kaasan... kaasan baik baik saja? Minum dulu?” ujar Akira cemas seraya memberikan ibunya air minum.
“Huk... tunggu, Ue. Dia...dia pria??” tanya Ruki tak percaya menatap putra semata wayangnya.
“I...iya...” jawab Akira ragu. Dia merasa agak takut ketika melihat reaksi ibunya seperti ini.

>_</


Ruki POV

“Kenapa harus pria, Ue?... “ tanyaku remuk.

Iya. Kenapa harus pria? Kenapa dia harus sepertiku dengan Reita. Tidak bisakah dia hidup layaknya pria normal lainnya. Bukannya aku munafik. Aku hanya tidak ingin nasibnya dan nasib cucuku sepertinya sewaktu kecil.

“Aku tidak tahu, Kaasan. Aku juga tidak tahu kenapa aku menyukainya meski ia pria.” Jawabnya lirih.
“Ue, kaasan hanya tidak ingin nasibmu dan Aoi seperti kami...” tuturku lembut.

Digenggamnya tanganku erat, “Tapi Kaasan, aku benar benar menyukainya. Aku ingin menikahinya. Masalah anak, aku bisa mengadopsi seorang anak andaikan Aoi tidak bisa seperti Kaasan. Jadi kumohon, Kaasan. Restui kami...” mohonnya dengan wajah sedih.

Kutatap lurus matanya. Dapat kulihat tekad dan keinginan yang besar dari dalam matanya yag mirip denganku. Sinar mata yang sangat mirip seseorang. Mata Reita... mata ayahnya.

“Kumohon, percayalah padaku, Ruki. Aku pasti akan membahagiakanmu. Abaikan apa kata orang. Percayalah kalau aku mencintaimu dan kau pun mencintaiku. Percayalah kita akan bahagia. Kumohon Ruki. Menikahlah denganku...” katanya sambil memegang erat bahu mungilku dan menatap lurus mataku.

“Kumohon Kaasan...” pintanya.
Kuhela nafasku panjang dan kulepaskan genggamannya, “Bawa dia kemari besok.”
“Kaasan...”
“Biarkan Kaasan berpikir dulu.” Ucapku lirih sambil berlalu meninggalkannya.

>_</


Akira POV

Seperti yang ibuku bilang, sore itu sepulang kuliah kuajak Aoi datang ke rumahku. Sebelumnya sudah kuceritakan semuanya. Ia cukup terkejut dengan sikapku. Tapi aku berusaha menenangkannya dan memaksanya ikut denganku.

“Kaasan ini Aoi. Aoi ini Kaasan...” ucapku ketika kami bertiga sudah berkumpul di ruang tamuku. Dapat kulihat mata Kaasan yang menatap Aoi seakan menyelidik membuat Aoi salahtingkah.
“Kau bisa tinggal disini sebentar, Ue. Aku ingin bicara dengan nak Aoi dikamar.” Kata beliau sambil mengajak Aoi pergi.

Kuhela nafasku. Kupejamkan mataku cemas. Aku takut seandainya Kaasan tidak menyetujuinya. Seandainya tidak disetujui terpaksa aku harus melepaskan Aoi. Aku tidak bisa membuat Kaasan tersakiti. Bagiku Kaasan adalah segalanya.

“Tousan, kumohon buatlah Kaasan menyetujui hubunganku dengan Aoi...” kataku lirih saat kutatap foto ayahku di dinding.

>_</


Ruki POV


Sejak kemarin aku sudah tidak bisa tidur nyenyak. Semua ini karena permintaan Ue. Dia ingin menikah. Tapi dia ingin menikahi seorang pria. Itu yang kutakutkan. Aku tidak ingin mereka terlihat sepertiku dan Reita dulu. Digunjingkan. Dikucilkan.

Kutatap foto Reita di meja samping ranjangku. Seandainya saja Reita ada disini. Pasti dia bisa membantuku.

“Reita... aku harus bagaimana? Apa yang harus kulakukan untuk Ue? Reita, aku merindukanmu...” bisikku lirih sambil menangis pilu.
“Ruki, seharusnya kau sudah tahu saat melihat mereka berdua,bukan?”
“Ekh!? Re...Reita...?” kataku tak percaya saat melihat sosok yang kurindukan berdiri dihadapanku.
“Aku datang, Ruki. Aku juga sangat merindukanmu. Juga Uechan...” katanya lalu merengkuh tubuhku.

Aku berusaha tak percaya ini. Tapi kehangatan pelukannya itu benar benar nyata. Ini memang dia. Pelukannya terasa sama dengan lakukan dia dulu sewaktu hidup.

“Reita... ini benar kau?” tanyaku sambil kutatap wajah tampannya.
“Tentu saja. Aku ingin membantumu. Kau membutuhkanku untuk ini bukan?” tanyanya dan kubalas dengan anggukan pelan.
“Mereka—Ue dan Aoi. Bukankah sama dengan kita dulu? Kenapa kau sampai seperti ini?”
“Tapi Reita. Aku hanya tidak ingin mereka bernasib sama seperti kita dulu. Aku juga tidak ingin cucu kita kelak seperti Ue waktu kecil. Aku hanya tidak ingin mereka menderita pada akhirnya...hiks...” tuturku hingga aku tidak bisa menahan tangisku lagi.
“Apa kau lupa, Ruki?” tanyanya sambil kembali merengkuh tubuhku dalam dekapannya.
“Ekh?”
“Pikirkan dan ingatlah. Apa selama ini kita menderita? Bukankah ini hidup, Ruki?”
“Maksudmu apa?”
“Ingatlah Ruki saat kita mulai hidup baru dulu. Hadirnya Uechan di rahimmu. Lahirnya Uechan. Melihat Uechan tumbuh dewasa. Bisa memiliki putra setegar dan sehebat Uechan. Melihat Uechan tersenyum dan bahagia... bukankah semua itu adalah kebahagiaan dalam secuil kepedihan kita? Kita tidak hanya merasa pedih kan? Kita juga merasa bahagia kan, Ruki...” jelasnya sambil menatap wajahku kembali.
“Re...ah bodohnya aku. Karena begitu ketakutan aku jadi melupakan semuanya. Bodohnya aku...” rutukku pelan dan Reita hanya tersenyu lembut sebelum ia mendekatkan wajahnya dan menyentuh bibirku. Sensasi kehangatan yang sangat kurindukan.
“Lakukanlah, Ruki... aku akan selalu bersama kalian sampai kapanpun. Aku mencintaimu juga Uechan...” katanya sebelum ia menghilang dalam cahaya terang.
“Reita! Tunggu!!” teriakku namun sia sia dia tetap menghilang.
“REITAAAA!!!” teriakku lebih keras.

“...san...Kaasan.. bangun...”
“Ekh...  mimpi...tadi hanya mimpi?... kenapa hanya mimpi...” ucapku lirih dan seketika aku menangis. Kenapa hanya mimpi? Aku masih merindukannya.
“Reita...hiks...” isakku.
‘Aku masih ingin bertemu denganmu...Reita...’

>_</


Aoi POV


Bagaimana ini? Aku merasa ibu Akira tidak menyetujui hubungan kami. Dari cerita yang kudengar dari beliau. Sepertinya beliau bermaksud baik. Beliau merasa tidak ingin nasib kami sepertinya dan ayah Akira, juga seperti Akira sewaktu kecil.

Jujur aku takut kalau ibu Akira melarangku untuk berhubungan dengan putranya. Karena aku menyukai Akira. Aku menyukainya. Aku terlanjur menyukainya terlalu dalam. Bagaimana kalau aku terluka saat Akira  meninggalkanku.

Brak.
Kubalikkan tubuhku melihat seseorang yang terengah berdiri di tengah pintu apatoku. Sosok yang aku rindukan.

“Akira... ada apa?” tanyaku pelan cemas melihatnya bercucuran keringat dan terngah. Sepertinya dia  selesai berlari.
“...”
Sikap diamnya membuatku berpikir buruk. Apa dia lari dari rumah, “ Akira katakan sesuatu...”
“Let’s marry with me, Aoi...” katanya membuatku jantungku seketika berhenti berdetak.
“Ap..pa... kau bohong kan, Akira?” tanyaku tak percaya dengan mataku yang berkabut.
Direngkuhnya tubuhku, “Untuk apa aku berbohong? Kaasan mennyetujui hubungan kita. Dan sudah kubicarakan semuanya dengan Kaasan seminggu ini.”
“Ekh? Membicarakan apa?” tanyaku heran sambil kutatap matanya.
“Pernikahan kita. Sudah kuputuskan kita akan menikah di hari ulangtahunmu...”
“Akira... hontou ka?...” tanyaku hingga mataku meneteskan airmata.
“Sure for you...” bisiknya dan kemudian mencium hangat bibirku.

Airmataku semakin deras mengalir. Airmata kebahagiaan ini semakin deras membasahi wajahku. Kehangatan ini seolah mengalir dalam tubuhku.

“Love you...” bisiknya.
Kutersenyum bahagia, “Love you so much...” balasku sebelum kucium bibrnya lagi dan dibalasnya yang kali ini lebih dalam.



OWARIMASHITA!!!

Dah ancur bgt nic sekuel. Nyesel bgt ane bikinnya. Kok bisa seancur gini ya?? T.T *jedukin kepala ke bantal(?)*
Ane emank g bakat bikin sekuel. Yah yang mau untag silahkan PM ane lah kagk apa. yang kagk sudi baca bisa remove ja.

Dan yang penting... OTANJOUBI OMEDETOU, PAPA!!!!!! *hug Papa Aoi*
Semoga tetep cakep, sehat selalu, tabah rukun sama mama Uru, bibirnya tambah seksoy*plak*, tambah sukses dalam berkarir di The gazettE!!!

COMENTLIKE CACIMAKI KRITIKSARAN dibutuhkan!!! DONT BE SILENT READER!!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar