Title :
Love you so much [birth fic + sekuel Arigato Reituki]
Chapter :
oneshoot! *hobby bikin oneshoot nich*
Fandom :
The GazettE
Genre :
Romance, life drama, familly
Rated :
PG
Pairing :
Ruki x Reita, Akira x Aoi
Disclaimer : Akang Ruki sang
pokalist nan kawaii nan kakkoi mo nan bantet nan boncel juga *plak plak plak
xD* adalah milik sang author nan kawaii*ikut
narsis dikit* plak!#
NOTE : yah pada akhirnya ada sekuelnya
ini fict... haaah~~ y sudahlah ini kubikin jd birthday fict buat Papa. Papa!!
Otanjoubi omedetou ne!!!! *lari ke
pelukan papa*
Yah
silahkan dibaca fic abal ini. Yang minta sekuel, ini benar2 sekuel terakhir.
Summary :
“...dia pria?...”
DOUZO...
Akira POV
“Akira, kau tidak main dulu dengan
kami?” ajak temanku ketika aku mau pulang.
“Ah maaf sekali. Aku tidak bisa.”
Tolakku halus sambil menunjukkan wajah sesalku.
“Kau mau langsung pulang?”
“Ya begitulah. Kasian Kaasan di rumah menungguku.” Jelasku sambil
berlalu dari hadapannya.
“Kau ini anak yang terlalu penurut,
Akira. Setidaknya pernahlah untuk membangkang. Apa ibumu sekejam itu sampai
sampai putranya tidak bisa main dengan sebayanya?”
Deg!
“Jangan bicara seperti itu tentang
ibuku. Dia bukan orang seperti itu. Sebaliknya dia orang yang sangat baik.
Tidak ada yang bisa mengalahkan ibuku.” Belaku.
“Hah? Sou ka? Meskipun dia laki laki?”
ejeknya membuatku naik pitam.
BUAGH!
Kupukul wajahnya sekuat tenaga hingga ia
hampir tersungkur kebelakang. Kutatap ia dengan marah. Aku benci. Aku benci
dengan orang yang tak tahu apa apa berani menghina ibuku. Aku benci. Memangnya
kenapa kalau ibuku laki laki? Toh ibuku juga tak kalah baik dan sayangnya
dibandingkan ibu ibu normal lainnya.
“Kau yang tak tahu apa apa jangan pernah
mengatai ibuku! Memangnya kenapa kalau ibuku itu pria? Toh dia juga tak kalah
dengan ibumu!” sentaknya.
Aku tahu saat ini mahasiswa lainnnya
menatap kami berdua. Tapi aku tak peduli. Biar saja mereka tahu kalau ibuku
laki laki. Toh aku tak pernah malu ataupun menyesal sekalipun seperti itu.
“Dasar anak pasangan yaoi! Belagu amat
jadi orang.” Ejeknya lagi membuatku semakin naik pitam. Segera kuhampiri anak
itu dan—
Bruk!
“Akira, jangan. Ini akan membuat ibumu
merasa sedih...” tutur lembut seseorang yang menubruk dan memelukku dari
belakang.
Seketika ku hentikan gerakanku dan
membalikkan tubuhku untuk menatap sosok itu, “Aoi...”
“Huh! Anaknya pun ikutan yaoi juga.
Sungguh keluarga yaoi konyol. Hahaha...” ejeknya lagi. Aku pasti menghajarnya
lagi kalau saja Aoi tidak menahan lenganku.
“Lebih baik kau pulang. Ibumu pasti sudah
menunggumu. Ayo...” ajaknya sambil menarik tanganku keluar kelas. Kuabaikan
semua tatapan dari semua mahasiswa yang ada. Aku tak peduli. Toh, bukan hanya
aku dan Aoi yang yaoi. Di tempat ini pasti ada yang lain.
>_</
Aoi POV
“Maaf...” katanya saat ia mengantarku
pulang dengan motornya.
“Apa?”
“Kau pasti sakit ya di hina seperti
itu?”
“Kenapa harus sakit? Aku tidak
keberatan. Toh aku menyukaimu dan kau menyukaiku juga kan?” tanyaku.
Di hentikannya motor miliknya ketika
sudah sampai di apatoku. Di lepaskan helm dari kepalanya hingga aku bisa
melihat wajah tampannya dengan rambut pirangnya yang sanggup membuatku
berdebar.
“Tentu saja aku menyukaimu, Aoi. Sangat.
Aku hanya tidak ingin membuatmu terluka gara gara hubungan ini. Kalau ini
membuatmu terluka aku tidak akan memaafkan diriku sendiri.” Tuturnya sambil
menatap mataku dengan sendu.
Kupeluk erat tubuh jangkungnya dan
kutenggelamkan wajahku di dada bidangnya hingga aku bisa mendengar detak
jantungnya yang merdu. Dapat kurasakan kehangatannya menyelimutiku saat dia
membalas pelukanku.
“Aku akan semakin terluka seandainya kau
meninggalkanku, Akira. Aku tidak mau kehilanganmu.” Kataku.
“Aoi...” bisiknya lembut sesaat sebelum
kurasakan kehangatan menyelimuti bibirku ketika bibirnya menyentuh bibirku.
>_</
“Kamu ingin menikah, Ue?” tanya Ruki
terkejut sampai sampai ia tidak sanggup melanjutkan makan malamnya.
“Iya, Kaasan. Aku ingin menikahi seseorang.” Jawab Akira sambil menatap
ibunya yang tercengang.
“Tapi selama ini kamu tidak pernah
menceritakan ataupun mengajak kekasihmu itu kesini. Sekarang gadis yang
bagaimana lagi?” tanya Ruki sambil melanjutkan kembali makannya.
“Aoi namanya. Dia temanku sekampus.
Tubuhnya cukup tinggi. Rambutnya hitam pekat menawan. Tatapannya yang tajam
kadang melembut saat kutatap. Dia sangat cantik...sedikit tampan ju—“
“Uhuk! Huk huk! Uhuk...” seketika Ruki
tersedak ketika mendengar perkataan terakhir putranya.
“Kaasan...
kaasan baik baik saja? Minum dulu?”
ujar Akira cemas seraya memberikan ibunya air minum.
“Huk... tunggu, Ue. Dia...dia pria??”
tanya Ruki tak percaya menatap putra semata wayangnya.
“I...iya...” jawab Akira ragu. Dia
merasa agak takut ketika melihat reaksi ibunya seperti ini.
>_</
Ruki POV
“Kenapa harus pria, Ue?... “ tanyaku
remuk.
Iya. Kenapa harus pria? Kenapa dia harus
sepertiku dengan Reita. Tidak bisakah dia hidup layaknya pria normal lainnya.
Bukannya aku munafik. Aku hanya tidak ingin nasibnya dan nasib cucuku
sepertinya sewaktu kecil.
“Aku tidak tahu, Kaasan. Aku juga tidak tahu kenapa aku menyukainya meski ia pria.”
Jawabnya lirih.
“Ue, kaasan hanya tidak ingin nasibmu dan Aoi seperti kami...” tuturku
lembut.
Digenggamnya tanganku erat, “Tapi Kaasan, aku benar benar menyukainya. Aku
ingin menikahinya. Masalah anak, aku bisa mengadopsi seorang anak andaikan Aoi
tidak bisa seperti Kaasan. Jadi
kumohon, Kaasan. Restui kami...”
mohonnya dengan wajah sedih.
Kutatap lurus matanya. Dapat kulihat
tekad dan keinginan yang besar dari dalam matanya yag mirip denganku. Sinar
mata yang sangat mirip seseorang. Mata Reita... mata ayahnya.
“Kumohon,
percayalah padaku, Ruki. Aku pasti akan membahagiakanmu. Abaikan apa kata
orang. Percayalah kalau aku mencintaimu dan kau pun mencintaiku. Percayalah
kita akan bahagia. Kumohon Ruki. Menikahlah denganku...” katanya sambil
memegang erat bahu mungilku dan menatap lurus mataku.
“Kumohon Kaasan...” pintanya.
Kuhela nafasku panjang dan kulepaskan
genggamannya, “Bawa dia kemari besok.”
“Kaasan...”
“Biarkan Kaasan berpikir dulu.” Ucapku lirih sambil berlalu meninggalkannya.
>_</
Akira POV
Seperti yang ibuku bilang, sore itu
sepulang kuliah kuajak Aoi datang ke rumahku. Sebelumnya sudah kuceritakan
semuanya. Ia cukup terkejut dengan sikapku. Tapi aku berusaha menenangkannya
dan memaksanya ikut denganku.
“Kaasan
ini Aoi. Aoi ini Kaasan...” ucapku
ketika kami bertiga sudah berkumpul di ruang tamuku. Dapat kulihat mata Kaasan yang menatap Aoi seakan menyelidik
membuat Aoi salahtingkah.
“Kau bisa tinggal disini sebentar, Ue.
Aku ingin bicara dengan nak Aoi dikamar.” Kata beliau sambil mengajak Aoi
pergi.
Kuhela nafasku. Kupejamkan mataku cemas.
Aku takut seandainya Kaasan tidak
menyetujuinya. Seandainya tidak disetujui terpaksa aku harus melepaskan Aoi.
Aku tidak bisa membuat Kaasan
tersakiti. Bagiku Kaasan adalah segalanya.
“Tousan,
kumohon buatlah Kaasan menyetujui
hubunganku dengan Aoi...” kataku lirih saat kutatap foto ayahku di dinding.
>_</
Ruki POV
Sejak kemarin aku sudah tidak bisa tidur
nyenyak. Semua ini karena permintaan Ue. Dia ingin menikah. Tapi dia ingin
menikahi seorang pria. Itu yang kutakutkan. Aku tidak ingin mereka terlihat
sepertiku dan Reita dulu. Digunjingkan. Dikucilkan.
Kutatap foto Reita di meja samping
ranjangku. Seandainya saja Reita ada disini. Pasti dia bisa membantuku.
“Reita... aku harus bagaimana? Apa yang
harus kulakukan untuk Ue? Reita, aku merindukanmu...” bisikku lirih sambil
menangis pilu.
“Ruki, seharusnya kau sudah tahu saat
melihat mereka berdua,bukan?”
“Ekh!? Re...Reita...?” kataku tak
percaya saat melihat sosok yang kurindukan berdiri dihadapanku.
“Aku datang, Ruki. Aku juga sangat
merindukanmu. Juga Uechan...” katanya
lalu merengkuh tubuhku.
Aku berusaha tak percaya ini. Tapi
kehangatan pelukannya itu benar benar nyata. Ini memang dia. Pelukannya terasa
sama dengan lakukan dia dulu sewaktu hidup.
“Reita... ini benar kau?” tanyaku sambil
kutatap wajah tampannya.
“Tentu saja. Aku ingin membantumu. Kau
membutuhkanku untuk ini bukan?” tanyanya dan kubalas dengan anggukan pelan.
“Mereka—Ue dan Aoi. Bukankah sama dengan
kita dulu? Kenapa kau sampai seperti ini?”
“Tapi Reita. Aku hanya tidak ingin
mereka bernasib sama seperti kita dulu. Aku juga tidak ingin cucu kita kelak
seperti Ue waktu kecil. Aku hanya tidak ingin mereka menderita pada
akhirnya...hiks...” tuturku hingga aku tidak bisa menahan tangisku lagi.
“Apa kau lupa, Ruki?” tanyanya sambil
kembali merengkuh tubuhku dalam dekapannya.
“Ekh?”
“Pikirkan dan ingatlah. Apa selama ini
kita menderita? Bukankah ini hidup, Ruki?”
“Maksudmu apa?”
“Ingatlah Ruki saat kita mulai hidup
baru dulu. Hadirnya Uechan di
rahimmu. Lahirnya Uechan. Melihat Uechan tumbuh dewasa. Bisa memiliki putra
setegar dan sehebat Uechan. Melihat
Uechan tersenyum dan bahagia...
bukankah semua itu adalah kebahagiaan dalam secuil kepedihan kita? Kita tidak hanya
merasa pedih kan? Kita juga merasa bahagia kan, Ruki...” jelasnya sambil
menatap wajahku kembali.
“Re...ah bodohnya aku. Karena begitu
ketakutan aku jadi melupakan semuanya. Bodohnya aku...” rutukku pelan dan Reita
hanya tersenyu lembut sebelum ia mendekatkan wajahnya dan menyentuh bibirku.
Sensasi kehangatan yang sangat kurindukan.
“Lakukanlah, Ruki... aku akan selalu
bersama kalian sampai kapanpun. Aku mencintaimu juga Uechan...” katanya sebelum ia menghilang dalam cahaya terang.
“Reita! Tunggu!!” teriakku namun sia sia
dia tetap menghilang.
“REITAAAA!!!” teriakku lebih keras.
“...san...Kaasan.. bangun...”
“Ekh...
mimpi...tadi hanya mimpi?... kenapa hanya mimpi...” ucapku lirih dan
seketika aku menangis. Kenapa hanya mimpi? Aku masih merindukannya.
“Reita...hiks...” isakku.
‘Aku masih ingin bertemu
denganmu...Reita...’
>_</
Aoi POV
Bagaimana ini? Aku merasa ibu Akira
tidak menyetujui hubungan kami. Dari cerita yang kudengar dari beliau.
Sepertinya beliau bermaksud baik. Beliau merasa tidak ingin nasib kami
sepertinya dan ayah Akira, juga seperti Akira sewaktu kecil.
Jujur aku takut kalau ibu Akira
melarangku untuk berhubungan dengan putranya. Karena aku menyukai Akira. Aku
menyukainya. Aku terlanjur menyukainya terlalu dalam. Bagaimana kalau aku
terluka saat Akira meninggalkanku.
Brak.
Kubalikkan tubuhku melihat seseorang
yang terengah berdiri di tengah pintu apatoku. Sosok yang aku rindukan.
“Akira... ada apa?” tanyaku pelan cemas
melihatnya bercucuran keringat dan terngah. Sepertinya dia selesai berlari.
“...”
Sikap diamnya membuatku berpikir buruk.
Apa dia lari dari rumah, “ Akira katakan sesuatu...”
“Let’s marry with me, Aoi...” katanya
membuatku jantungku seketika berhenti berdetak.
“Ap..pa... kau bohong kan, Akira?”
tanyaku tak percaya dengan mataku yang berkabut.
Direngkuhnya tubuhku, “Untuk apa aku
berbohong? Kaasan mennyetujui
hubungan kita. Dan sudah kubicarakan semuanya dengan Kaasan seminggu ini.”
“Ekh? Membicarakan apa?” tanyaku heran
sambil kutatap matanya.
“Pernikahan kita. Sudah kuputuskan kita
akan menikah di hari ulangtahunmu...”
“Akira... hontou ka?...” tanyaku hingga
mataku meneteskan airmata.
“Sure for you...” bisiknya dan kemudian
mencium hangat bibirku.
Airmataku semakin deras mengalir.
Airmata kebahagiaan ini semakin deras membasahi wajahku. Kehangatan ini seolah
mengalir dalam tubuhku.
“Love you...” bisiknya.
Kutersenyum bahagia, “Love you so
much...” balasku sebelum kucium bibrnya lagi dan dibalasnya yang kali ini lebih
dalam.
OWARIMASHITA!!!
Dah ancur bgt nic sekuel. Nyesel bgt ane
bikinnya. Kok bisa seancur gini ya?? T.T *jedukin kepala ke bantal(?)*
Ane emank g bakat bikin sekuel. Yah yang
mau untag silahkan PM ane lah kagk apa. yang kagk sudi baca bisa remove ja.
Dan yang penting... OTANJOUBI OMEDETOU, PAPA!!!!!! *hug Papa Aoi*
Semoga tetep cakep, sehat selalu, tabah
rukun sama mama Uru, bibirnya tambah seksoy*plak*, tambah sukses dalam berkarir
di The gazettE!!!
COMENTLIKE
CACIMAKI KRITIKSARAN
dibutuhkan!!! DONT BE SILENT READER!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar