“Maaf...
tapi aku sudah bosan...”
“Bosan?
Maksudmu apa?”
“Kau
tahu sendiri. Aku ini pembosan. Gomen ne(maaf)... selamat tinggal...”
BORED
By Heny A
“Ahh~
Ryuukikun kemarin romantiiis
banget...”
Pagi
pagi dikelasku belum belum sudah mendengar celotehan dari makhluk makhluk aneh
yang duduk tepat dihadapanku. Haah~ malasnya...
“Ha??
Yang benar??”
“Unh. Aku juga belum percaya kalau dia
bisa seromantis itu. Padahal dia kan dikenal anak yang dingin banget.”
“Waah~
aku jadi pengen...”
“Eits!!
No no no!! Berani kau rebut dia...”
“Siapa
juga yang mau rebut dia. Kau lupa kalau
aku sudah punya Yuta?”
“Hehehe...
aku kan bercanda, Renochan...
hehehe...tapi sejak tadi kamu diam terus. Ceritain tentang Yukikun donk...”
“Tidak
ada yang khusus.” Jawabku datar.
“Jangan
bilang...”
“Iya
begitulah.” Jawabku malas sambil membalik balikkan halaman buku yang kubaca.
Hingga...
Tiba
tiba kurasakan benda kerasa memukul kepalaku dari samping, “Huweee sakiiit!!
Renochan! Apa yang kau lakukan??”
pekikku saat Renochan memukul kepalaku.
Cepat sekali dia sudah ada di sampingku sekarang.
“Mau
sampai kapan kamu terus begini, Hana?” tanyanya.
Aku
hanya mendengus. Sambil mengusap pelan kepalaku yang sakit.
“Benar
apa kata Reno. Ini tidak baik kalau terus terusan, Hanachan...”
Haaah~
selalu saja diceramahi para childish
ini. Aku jadi bosan mendengarkannya. Tapi kalau kuabaikan kasihan juga mereka.
Tapi aku bosan.
Oi!
Aku lupa. Atashi wa Nakayama Hana.
Saat ini aku duduk di kelas 2 SMA. Rambutku yang blonde seringkali aku ikat kesamping. Dan aku memiliki wajah yang
bisa dikatakan childish, walaupun aku
tidak seperti itu. Aku bisa dibilang pendiam di kelas ini. Kalian dengar? Pendiam di kelas ini. Kalian bisa memanggilku Hana seperti kedua
sahabat childish dan autisku ini yaitu Makoto Aya dan Aoyama
Reno.
Sahabatku
Makoto Aya, gadis berambut cokelat madu panjang bergelombang ini beda kelas
denganku saat kami masuk kelas 2. Wajahnya memang terlihat sudah dewasa. Semua
orang yang baru mengenalnya pasti menganggapnya dewasa dan keibuan. Tapi kalau
kalian tahu sebenarnya dia ini lebih kekanak kanakkan dibandingkan dengan Reno.
Aoyama
Reno. Gadis berambut hitam panjang ini berbeda dengan Aya yang beda kelas
denganku, Reno sekelas denganku dan duduk dibangku belakangku. Dan berbanding
terbalik dengan Aya. Reno memiliki wajah yang kekanak kanakkan. Dia bisa
dianggap anak SMP kalau saja tidak memakai seragam ini. Tapi jangan ditanya
sifatnya... haahh~ dia sama saja dengan Aya. Tapi Reno masih lebih baik.
“Hanachan~” rengek Aya. Kuabaikan mereka
dengan sibuk mengotak atik ponsel yang kupegang.
“Bukannya
Yuki orangnya baik?” tanyanya.
Kuhela
nafasku bosan, “ Aku tahu. Aku juga merasa begitu.”
“Tapi
kenapa kalian putus?”
Kuhela
nafasku lagi, “Haah~ aku sudah kubilang— Renochan hentikan! Jangan coba memukulku lagi dengan itu.” Ucapku
sambil melihat Reno yang siap siap memukulku dengan buku tebalnya.
“Aku
dari dulu tidak suka dengan sikapmu itu, Hana. Aku dan Aya tidak pernah bosan
mengingatkanmu kan?” ujar Reno.
Kurebahkan
kepalaku di mejaku, “Aku juga tidak mau seperti ini, Reno... tapi aku benar
benar pembosan.”
Reno
dan Aya hanya menatapku lelah. Aku juga lelah. Jauh lebih lelah dari kalian.
Aku juga ingin seperti Reno dengan Yuta sejak SMP. Aku juga ingin seperti Aya
dengan Ryuuki. Aku juga ingin dan sangat ingin menjalani hubungan seperti itu
tanpa sifat burukku yaitu bosan.
“Aku
harap kau tidak menyesal, Rei...” ucapku saat pemuda di depanku ini menyatakan
perasaannya padaku.
“Menyesal??”
Kuhela
nafasku, “Aku tidak yakin bisa menjalaninya lebih lama denganmu karena aku—“
Dia
berdiri dan menatapku, “Pembosan?”
Aku
tercengang saat pemuda itu memotong ucapanku. Bagaimana dia tahu dengan yang
akan kuucapkan? Haa atau memang jangan jangan aku sudah dikenal sebagai cewek
pembosan? Playgirl? Haah entahlah
terserah mau seperti apa mereka mengataiku. Toh aku memang mengakuinya.
“Nakayama
Hana. Gadis yang sangat pembosan.” Ucapnya lagi.
Kusandarkan
punggungku di bangkuku, “Kau sudah tau kan kalau aku ini gadis brengsek?”
tanyaku malas. Nee, aku memang brengsek kan lumayan sering membuat cowok patah
hati?
Kutatap
wajahnya yang lumayan imut. Imut?? Ya begitulah. Wajahnya cukup manis untuk
ukuran cowok. Rambutnya yang hitam legam dan matanya itu memberinya kesan
manis.
Dia hanya tersenyum
membalas tatapan sinisku. Kuangkat sebelah alisku, “Apa?”
Dia
menggeleng kepalanya“Tidak ada.”
Kutatap
malas, “Uso.(bohong).”
Dia
tertawa...
Jantungku sesaat terasa
berhenti berdetak. Wajahku memanas melihatnya tertawa. Ini juga sifatku yang
buruk. Aku ini terlalu mudah mengagumi seseorang, dan terlalu mudah untuk bosan
mengagumi seseorang.
Dia
tiba tiba mendekatkan wajahnya padaku. Membuat wajahku memanas seketika dia
terus mendekat membuatku berpikir yang iya iya. Dia tersenyum melihat reaksiku.
Dia semakin mendekat ...oh ya Tuhan degupku tidak mau berhenti. Bagaimana kalau
dia sampai mendengarnya. Tuhan... apa yang akan dilakukannya padaku? Berani
sekali dia melakukan se...
“Ayo
kita bermain.”
Mulutku
sontak terbuka. Mataku terbelalak, “A...apa??”
Rasa
rasanya aku seperti kaca yang jatuh dari atas gedung dan pecah lalu dilindas
truk. Kuso(sial)!! Dia mengerjaiku!!
Aku kira dia akan melakukannya. Ternyata dia hanya membisikkan hal bodoh
seperti itu.
“Ha?
Mukamu merah. Hahahaaha... kau pasti berpikir yang iya iya ya? Hahaaha...”
katanya sambil tertawa.
Aku gigit bibirku
menahan malu dan kejengkelan, ‘Sial! Aku
dikerjai bocah seepertinya.’ Kutukku dalam hati.
Kukepalkan
tanganku, “Hentikan!”
“Hahaha..
hah hah... hahaha...” dia masih berusaha menghentikan nafasanya.
Aku
mulai berdiri cepat, “Apa maumu? Hanya ingin menjahiliku?” tantangku.
Dia
menyeringai jahil padaku, “Kalau aku boleh tahu, paling lama berapa lama kau
bisa bertahan?”
Aku
mengernyit heran, “Paling lama 2bulan.” Jawabku.
Dia
melongo, “Hontou?(sungguh?)”
Aku
mendelik kearahnya, “Kau kira aku bohong?” tanyaku balik. Dia menunduk sebentar
dan kemudian mengangguk angguk sendiri. Apa yang ia rencanakan?
“Hmm...
oke.”
“Ha?”
Dia
menatapku lagi, “Seperti tujuan awalku. Aku ingin kau jadi kekasihku.”. Aku
mendengus.
“Kita
lihat berapa bulan kau bisa bersamaku...”
“Kau
menantangku?” tanyaku.
Dia
tersenyum dan lagi lagi mendekatkan wajahnya padaku. Haah~ paling plaing mau
bisik bisik la—
‘A..Apa!?’
Aku tercengang dengan
apa yang terjadi. Dia...dia... Meski singkat, tapi itu tadi...
“Kau...”
“Akan
kubuat kau tidak bosan padaku.”
“...”
aku masih menatapnya tak percaya.
Dia
tersenyum padaku, “Let’s we starting it
game, Baby...”
Astaga
Tuhan... apa ini mimpi? Apa makhluk di depanku ini benar benar nyata? Apa ini?
Apa aku mendapatkan balasan selama ini seperti yang dikatakan Aya dan Reno
padaku? Tuhan...
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar