Halaman

Sakura Trees

Sabtu, 23 Juni 2012

FINALY... [Birthday Fict to Reita-sama]



Title                 : FINALY... [Birthday Fict to Reita-sama]
Author             : Istrinya si Rukibon[cel] aka Henychan aka Matsumoto Heny*smirk*
Chapter           : Oneshoot
Pairing/Fandom: Reita x Ruki / The GazettE
Genre/Rated    : Romance, family / PG
Disclaimer       : Fic yang hancur dan hasil gagal ini adalah milik SAYA!
NOTE             : OTANJOUBI OMEDETOU, REITA SAMA!! MAAF FICNYA JELEK DAN TIDAK MEMUASKAN(?)
NP#  Yuki no Niji_AliceNine, Pledge, Cassis, Calm Envy, D.L.N, Sumire_The GazettE



DOUZO...



3 years ago...

Bruk!

Gomen... omae daijoubu ka?

Aku meringis sambil memegang pantatku yang sempat mencium jalan ini. Aku menengadah dan menatap sinis orang yang seenak jidatnya menubrukku. Padahal aku juga sudah melihat kedepan saat aku tengah berjalan. Berarti dia lah yang salah dalam hal ini.

“Kau itu tida....”
Dia memotong umpatanku cepat, “Kau??” katanya sambil melepas  kacamata hitam yang tengah dipakainya.

Apa-apaan dia? Sudah berani main tabrak. Aku bicara pun berani dia main potong. Dan sekarang dia menatapku dan berkata seolah dia sudah mengenalku. Hah! Mana mungkin aku pernah bergaul dengan orang tak sopan seperti itu?

“Uechan?? Kau Uechan kah? Deshou?”

Mataku membulat sempurna dan cepat aku bangkit dari posisiku mengabaikan uluran tangan darinya. Aku melotot kearah pemilik mata bulat coklat hazel itu di depanku. Apa yang barusan dia bilang cukup membuat saraf motorikku bereaksi dengan cepat.

“Siapa kau? Beraninya kau memanggilku seperti itu?” sindirku.

Dia memiringkan kepalanya menatapku yang sedang badmood karenanya. Kukernyitkan dahiku menatapnya. Apalagi ketika tersenyum manis menatapku yang heran. Aku semakin memicingkan mataku.

Greb!

He?? He?? Apa-apaan dia?? Sekarang dia berani menyentuhku. Bahkan memegang tanganku dan dia main tarik saja. Heeee??? Siapa dia!!! Arggh!! Aku ingin sekali mencaci dan memukulnya. Tapi aku masih punya malu. Aku mencoba menghentikannya tapi dia tetap kukuh menarikku. Sebenarnya apa mau dia?


000()000


Ha? A...apa? apa aku salah dengar? Apa pendengaranku mulai bermasalah? Apa aku tidak salah lihat? Apa penglihatanku masih baik-baik saja? Aku tidak percaya... aku tidak percaya dengan semua ini. Apa aku masih bermimpi? Bangunkan aku kalau ini hanya mimpi.

“Uechan??” panggil pria itu sambil mengibaskan tangannya di depan wajahku.
Aku tersentak, “Eh a..apa?” tanyaku bodoh.

Mata bulatnya yang baru kusadari begitu indah dan cantik itu melebar. Kemudian mata itu kembali tertutup saat bibir mungilnya menahan tawa. Aku hanya bengong menatap keindahan yang baru saja kusadari di depanku.

“Kau sudah berubah, Ue? Apa kau sudah melupakanku?” tanyanya.
Aku tergagap, “I..itu... aku....”
Dia tertawa, “Sudah kuduga kau pasti melupakanku. Ternyata hanya aku saja ya yang mengingat...”
“Kau bilang apa? I...itu tidak mungkin... aku tidak mungkin melupakanmu... Taka...”
Dia terhenyak, “Hontou? Jadi sekarang... apa kau masih suka menangis, Tuan Muda...” godanya.

Wajahku memerah mendengar godaannya. Aku tentu tidak akan melupakannya. Melupakan dirinya dan juga kenangan memalukan kalau saja aku mengingatnya saat ini. Aku sedikit malu mengingat kenangan itu. Tapi kenangan itu tidak sepenuhnya memalukan bagiku. Tapi juag terasa manis.

“Tentu saja tidak, bodoh! Aku bukan aku yang dulu lagi. See?” ujarku menahan malu.
Dia terdiam lalu menatapku, “Iyaa. Sou ne. Kau sudah berubah sekarang. Kau sudah jadi orang besar dan juga ... kau... semakin tampan dari 9 tahun yang lalu...” ucapnya sambil tersenyum

Blush!

“Bodoh! Tentu saja... sekarang aku adalah Reita. Bassist terkenal kau tahu...” ucapku sambil memalingkan wajahku yang mungkin sudah memerah saat ini.
Dia tertawa, “Setidaknya aku lega melihatmu sudah berubah. Dan sepertinya saat ini kau baik-baik saja kan?” tanyanya sambil menyangga kepalanya dengan kedua tangannya.
“...”
Dia mengangkat kepalanya lagi, “Haah~~ aku harap semuanya selalu berjalan baik-baik saja. Bukan begitu, Reita??” tanyanya sambil memandang kearah jalan dari jendela Cafe.
Aku tersentak, “Kau itu... Aneh... Taka...” ucapku yang disambut gelak tawanya.


000()000
9 years ago...


Ditaman bermain itu, yang seharusnya tidak ada anak-anak lagi yang bermain disana terlihat sosok anak kecil duduk menekuk lututnya di sudut ayunan. Seharusnya tidak ada orangtua yang tega membiarkan anak itu ke tempat itu sendirian.

“Hiks... Ue benci... Papa jahat... Papa jahat...Ue benci Papa... hiks....” isak bocah kecil itu.

Bocah kecil berambut hitam itu terus merengek dan menangis hingga langit itu semakin gelap dan hawa pun perlahan terasa begitu dingin. Dia perlahan mengangkat wajahnya yang mulai memucat dan sembab. Sesekali kedua tangannya yang mungil mengusap usap kedua lengan kurusnya. Berharap rasa dingin yang meyergapnya sedikit berkurang.

Niichan? Naze koko ni*bahasa abal*?”

Bocah itu menoleh ke belakangnya. Mata sipitnya menangkap sosok bocah seumurannya berdiri dan menatap bingung kearahnya. Bola mata hazel coklat yang indah. Bocah yang terlihat sedikit lebih gemuk darinya itu ikut berjongkok disampingnya.

“Kau siapa?”
Bocah manis itu menoleh dan tersenyum, “Watashi?? Watashi wa Takachan desu. Niichan??
“Ue. Namaku Ue.” Jawab bocah bernama Ue itu singkat dan datar.

Greb

Ue menoleh kearah Taka yang tiba tiba menggenggam tangannya,

“Kita teman. Nee??” katanya sambil tersenyum begitu manis hingga membuat wajah Ue merona merah.
Taka mendekatkan wajahnya, “Uechan sakit?”
Ue memundurkan wajahnya, “Ti...tidak... aku baik-baik saja?”
Taka menarik wajahnya, “Lalu kenapa Uenii menangis malam-malam begini? Apa Uenii tidak takut sendirian?” tanyanya polos.
Ue meliriknya, “Lalu kau? Kenapa bisa ada disini juga?” tanyanya sinis.
Taka tersenyum, “Aku menunggu Mama yang berbelanja disana.” Jawabnya sambil menunjuk utara taman.
“....”
“Uenii bisa menceritakannya pada Taka. Kenapa Uenii menangis.” Tambahnya.

Ue hanya menatap ragu kearah Taka. Dia ingin menceritakannya tapi dia malu pada Taka. Namun, Taka terus mendesak Ue. Yah akhirnya Ue pun kalah dengan kekeraskepalaan bocah imut ini.

“Ho?? Sou ka?” ucap Taka sambil memengang dagunya berlagak seperti detektif.
Ue menahan tawanya, “Kau ini sok sekali...” ucapnya dibuat sedatar mungkin.
Taka menoleh, “Ho? Hontou? Bukannya ini terlihat keren?” tanyanya.
Ue semakin tidak bisa menahan tawanya, “Kerenan mana? Kerenan aku. See?” tantangnya sambil memasangkan sesuatu di hidungnya.
“Ha? Apa itu?” tanya Taka heran.
Ue tersenyum menang, “Ini namanya Noseband. Keren tidak?”
Mata Taka berbinar, “Waaah!! Kakoii.... aku suka Uenii!!!” pekiknya kegirangan.

Deg!

Wajah Ue pun semakin memanas mendengar pekikkan polos dari teman yang baru saja dia temui. Entah kenapa dia merasa detakkan jantungnya yang semakin keras dan cepat.

“Tapi, Uenii semakin kakoii kalau saja Uenii mau pulang ke rumah. Pastinya Papa Uenii mencari Uenii. Ayo pulang...” ucapnya.
Ue merengut, “Tidak akan.”
Giliran Taka yang merengut, “Ah kalau seperti itu sih tidak keren. Malah seperti anak kecil. Seperti adik Taka...” rajuknya.
“Kau...”
“Takachan!! Takachan!”
Taka menoleh kearah suara itu, “Taka kesana Mama!!” sahutnya lalu menoleh kembali ke Ue.
Ue semakin cemberut, “Kau akan pulang?”
Taka mengangguk cepat, “Mama sudah mencari Taka. Jadi Uenii pulanglah. Pasti Papa Uenii juga seperti Mama Taka.”
Ue bangkit, “Ta...”

Cup!

Mata Ue terbelalak, “Jya Uenii... sampai ketemu lagi...” teriak Taka sambil berlari membelakanginya.
Ue hanya tercengang, “Ta...Taka...chan...” gumamnya tak percya sambil memegangi pipi kirinya. Masih terasa bibir mungil dab hangat itu menyentuhnya.


000()000


Pria berambut pirang itu tengah berdiri di depan pintu rumah yang dibilang sederhana dibandingkan rumah yang ditempatinya.  Dia melepas kacamata hitamnya yang menutupi mata sipitnya. Tangannya menekan tombol bel yang ada di samping pintu. Dan tidak lama pintu itu mulai terbuka dari dalam.

Sosok pria yang berparas manis tercengang, “Re...Reitasama?”
Reita hanya mengangkat alisnya, “Sumimasen. Apa ini kediaman Matsumoto Takanori? Apa saya bisa menemuinya?” ucap Reita sopan.
Pria itu mengangguk, “Benar. Ta...Tapi...”
“Siapa Byouchan?” tanya dari dalam rumah.
Byou menoleh kebelakang, “Itu Kaasan... ada yang mencari Rukinii...”
“Apa??” tanya wanita itu terkejut saat melihat Reita yang berdiri di depan mereka.
Wanita itu menunduk, “Anda yang bernama Ue itu bukan?” tanyanya sopan.
Reita semakin menyipitkan matanya, “Benar...”
“Mari masuklah, nak....” suruh wanita itu.

Reita terdiam sambil mengikuti langakah wanita itu, ‘Ada apa? kenapa seribet ini?


000()000


Reita masih terpaku memandang sesuatu di depannya. Seandainya tidak ada Byou di dekatnya mungkin saat ini Reita sudah terbelalak tak percaya. Tapi tidak bisa.

“Ini dia Rukinii. Aku tinggal dulu, Reitasama.” Ucap Byou sambil meninggalkan Reita bersama kakaknya.

Setelah dirasanya Byou telah jauh meninggalkan tempatnya Reita jatuh terduduk dengan mata yang entah kapan sudah basah karena airmata yang mengalir dari sudut mata sipitnya. Hati dan perasaannya hancur. Semuanya hancur setelah melihat ini.

“Kau tahu? Tadinya aku ingin mengejutkanmu dengan tiba-tiba datang menjemputmu. Aku ingin pergi bersamamu hari ini. Tapi...KENAPA!???”

Reita berteriak dan menangis di depan nisan Ruki yang berdiri kokoh di depannya. Bangunan batu bertuliskan nama orang yang dikasihinya itu seakan tak memperdulikan keadaan Reita yang terpuruk.

“Aku belum sempat mengucapkan semuanya padamu. Tapi kau pergi begitu saja!” bentak Reita sambil menatap marah nisan itu.

Hening.

Reita berdiri dan mendekati perlahan nisan bisu itu. Tangannya gemetar saat mencoba menyentuh batu dingin itu. Matanya semakin basah. Ini adalah tangisan pertama kali setelah Ruki menemukannya.

“Takachan...” ucapnya lirih.
Dia menyentuhkan dahinya ke nisan itu, “Kau tahu, Takachan?”
“Hari ini ulangtahunku kau tahu? Aku sudah lama menginginkannya. Merayakannya denganmu. Aku juga dulu mencarimu. Menunggumu di tempat itu. Tapi aku tidak pernah menemukanmu...”
“...”
“Aku senang sekali waktu itu bertemu denganmu. Akhirnya aku menemukanmu... tapi hari ini. Hari yang kuinginkan...”

Reita mengangkat wajahnya, “Takachan, hari ini aku ingin mengatakannya padamu. kalau aku... kalau aku menyukaimu. Menyukaimu... dari pertama aku bertemu denganmu. Dan aku semakin menyukaimu. Aku juga ingin megucapkan terimakasihku padamu. aku belum sempat mengatan semua itu padamu.”
“...”
Reita membelai nisan itu seakan membelai pipi lembut itu, “Aku mencintaimu, Takachan. Eien ni... Forever love you, Takachan...” bisiknya lalu mengecup lembut nisan itu.


000()000


Reita berdiri menatap nisan di depannya. Ini sudah kesekian kalinya ia datang kesini. Mata sipitnya menatap nisan itu penuh dengan kerinduan yang amat sangat. Bibirnya disunggingkan senyuman lembut yang sebenarnya lebih tepat terlihat getir.

“Hai, ogenki ka, Ai?” ucapnya.
Airmata itu perlahan mengalir, “Hari ini ulangtahunku. Kau tidak mau mengucapkan selamat padaku? Atau memberiku kecupan lembut dari bibirmu itu. Sama seperti 12 tahun yang lalu.” Ucapnya lagi.
Reita tertawa miris, “Padahal aku menginginkan yang lebih dari itu kau tahu?” ucapnya.
Reita menutup mata dengan tangannya, “Aku benci merasakan ini. Merasa tersiksa seperti ini. Aku terlalu merindukanmu. Tapi rinduku tak pernah terlampiaskan.”
“Aku benci... aku benci karena terlalu menyukaimu, Takachan...” rintih Reita.


OWARI

Hahaha... aku sempet-sempetin nich... tapi telat ya??? Gak papa kan?? Tapi seperti yang aku bilang,  GAGAL!!! Sama sekali nggak menyentuh! Sama sekali feelnya gak dapet!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar