Title :
FINALY... [Birthday Fict to Reita-sama]
Author :
Istrinya si Rukibon[cel] aka Henychan aka Matsumoto Heny*smirk*
Chapter :
Oneshoot
Pairing/Fandom: Reita x Ruki / The GazettE
Genre/Rated :
Romance, family / PG
Disclaimer :
Fic yang hancur dan hasil gagal ini adalah milik SAYA!
NOTE : OTANJOUBI OMEDETOU, REITA SAMA!! MAAF FICNYA JELEK DAN TIDAK
MEMUASKAN(?)
NP# Yuki no Niji_AliceNine, Pledge, Cassis, Calm
Envy, D.L.N, Sumire_The GazettE
DOUZO...
3
years ago...
Bruk!
“Gomen... omae
daijoubu ka?”
Aku meringis sambil memegang pantatku yang sempat
mencium jalan ini. Aku menengadah dan menatap sinis orang yang seenak jidatnya
menubrukku. Padahal aku juga sudah melihat kedepan saat aku tengah berjalan.
Berarti dia lah yang salah dalam hal ini.
“Kau itu tida....”
Dia memotong umpatanku cepat, “Kau??” katanya sambil
melepas kacamata hitam yang tengah
dipakainya.
Apa-apaan dia? Sudah berani main tabrak. Aku bicara
pun berani dia main potong. Dan sekarang dia menatapku dan berkata seolah dia
sudah mengenalku. Hah! Mana mungkin aku pernah bergaul dengan orang tak sopan
seperti itu?
“Uechan??
Kau Uechan kah? Deshou?”
Mataku membulat sempurna dan cepat aku bangkit dari
posisiku mengabaikan uluran tangan darinya. Aku melotot kearah pemilik mata
bulat coklat hazel itu di depanku.
Apa yang barusan dia bilang cukup membuat saraf motorikku bereaksi dengan
cepat.
“Siapa kau? Beraninya kau memanggilku seperti itu?”
sindirku.
Dia memiringkan kepalanya menatapku yang sedang badmood karenanya. Kukernyitkan dahiku
menatapnya. Apalagi ketika tersenyum manis menatapku yang heran. Aku semakin
memicingkan mataku.
Greb!
He?? He?? Apa-apaan dia?? Sekarang dia berani
menyentuhku. Bahkan memegang tanganku dan dia main tarik saja. Heeee??? Siapa
dia!!! Arggh!! Aku ingin sekali mencaci dan memukulnya. Tapi aku masih punya
malu. Aku mencoba menghentikannya tapi dia tetap kukuh menarikku. Sebenarnya
apa mau dia?
000()000
Ha? A...apa? apa aku salah dengar? Apa pendengaranku
mulai bermasalah? Apa aku tidak salah lihat? Apa penglihatanku masih baik-baik
saja? Aku tidak percaya... aku tidak percaya dengan semua ini. Apa aku masih
bermimpi? Bangunkan aku kalau ini hanya mimpi.
“Uechan??”
panggil pria itu sambil mengibaskan tangannya di depan wajahku.
Aku tersentak, “Eh a..apa?” tanyaku bodoh.
Mata bulatnya yang baru kusadari begitu indah dan
cantik itu melebar. Kemudian mata itu kembali tertutup saat bibir mungilnya
menahan tawa. Aku hanya bengong menatap keindahan yang baru saja kusadari di
depanku.
“Kau sudah berubah, Ue? Apa kau sudah melupakanku?”
tanyanya.
Aku tergagap, “I..itu... aku....”
Dia tertawa, “Sudah kuduga kau pasti melupakanku.
Ternyata hanya aku saja ya yang mengingat...”
“Kau bilang apa? I...itu tidak mungkin... aku tidak
mungkin melupakanmu... Taka...”
Dia terhenyak, “Hontou?
Jadi sekarang... apa kau masih suka menangis, Tuan Muda...” godanya.
Wajahku memerah mendengar godaannya. Aku tentu tidak
akan melupakannya. Melupakan dirinya dan juga kenangan memalukan kalau saja aku
mengingatnya saat ini. Aku sedikit malu mengingat kenangan itu. Tapi kenangan
itu tidak sepenuhnya memalukan bagiku. Tapi juag terasa manis.
“Tentu saja tidak, bodoh! Aku bukan aku yang dulu
lagi. See?” ujarku menahan malu.
Dia terdiam lalu menatapku, “Iyaa. Sou ne. Kau sudah berubah sekarang. Kau
sudah jadi orang besar dan juga ... kau... semakin tampan dari 9 tahun yang
lalu...” ucapnya sambil tersenyum
Blush!
“Bodoh! Tentu saja... sekarang aku adalah Reita. Bassist terkenal kau tahu...” ucapku
sambil memalingkan wajahku yang mungkin sudah memerah saat ini.
Dia tertawa, “Setidaknya aku lega melihatmu sudah
berubah. Dan sepertinya saat ini kau baik-baik saja kan?” tanyanya sambil
menyangga kepalanya dengan kedua tangannya.
“...”
Dia mengangkat kepalanya lagi, “Haah~~ aku harap
semuanya selalu berjalan baik-baik saja. Bukan begitu, Reita??” tanyanya sambil
memandang kearah jalan dari jendela Cafe.
Aku tersentak, “Kau itu... Aneh... Taka...” ucapku
yang disambut gelak tawanya.
000()000
9
years ago...
Ditaman bermain itu, yang seharusnya tidak ada
anak-anak lagi yang bermain disana terlihat sosok anak kecil duduk menekuk
lututnya di sudut ayunan. Seharusnya tidak ada orangtua yang tega membiarkan
anak itu ke tempat itu sendirian.
“Hiks... Ue benci... Papa jahat... Papa jahat...Ue
benci Papa... hiks....” isak bocah kecil itu.
Bocah kecil berambut hitam itu terus merengek dan
menangis hingga langit itu semakin gelap dan hawa pun perlahan terasa begitu
dingin. Dia perlahan mengangkat wajahnya yang mulai memucat dan sembab.
Sesekali kedua tangannya yang mungil mengusap usap kedua lengan kurusnya.
Berharap rasa dingin yang meyergapnya sedikit berkurang.
“Niichan? Naze koko ni*bahasa abal*?”
Bocah itu menoleh ke belakangnya. Mata sipitnya
menangkap sosok bocah seumurannya berdiri dan menatap bingung kearahnya. Bola
mata hazel coklat yang indah. Bocah
yang terlihat sedikit lebih gemuk darinya itu ikut berjongkok disampingnya.
“Kau siapa?”
Bocah manis itu menoleh dan tersenyum, “Watashi?? Watashi wa Takachan desu. Niichan??”
“Ue. Namaku Ue.” Jawab bocah bernama Ue itu singkat
dan datar.
Greb
Ue menoleh kearah Taka yang tiba tiba menggenggam
tangannya,
“Kita teman. Nee??”
katanya sambil tersenyum begitu manis hingga membuat wajah Ue merona merah.
Taka mendekatkan wajahnya, “Uechan sakit?”
Ue memundurkan wajahnya, “Ti...tidak... aku
baik-baik saja?”
Taka menarik wajahnya, “Lalu kenapa Uenii menangis malam-malam begini? Apa Uenii tidak takut sendirian?” tanyanya
polos.
Ue meliriknya, “Lalu kau? Kenapa bisa ada disini
juga?” tanyanya sinis.
Taka tersenyum, “Aku menunggu Mama yang berbelanja
disana.” Jawabnya sambil menunjuk utara taman.
“....”
“Uenii
bisa menceritakannya pada Taka. Kenapa Uenii
menangis.” Tambahnya.
Ue hanya menatap ragu kearah Taka. Dia ingin menceritakannya
tapi dia malu pada Taka. Namun, Taka terus mendesak Ue. Yah akhirnya Ue pun
kalah dengan kekeraskepalaan bocah imut ini.
“Ho?? Sou ka?”
ucap Taka sambil memengang dagunya berlagak seperti detektif.
Ue menahan tawanya, “Kau ini sok sekali...” ucapnya
dibuat sedatar mungkin.
Taka menoleh, “Ho? Hontou? Bukannya ini terlihat keren?” tanyanya.
Ue semakin tidak bisa menahan tawanya, “Kerenan
mana? Kerenan aku. See?” tantangnya
sambil memasangkan sesuatu di hidungnya.
“Ha? Apa itu?” tanya Taka heran.
Ue tersenyum menang, “Ini namanya Noseband. Keren tidak?”
Mata Taka berbinar, “Waaah!! Kakoii.... aku suka Uenii!!!”
pekiknya kegirangan.
Deg!
Wajah Ue pun semakin memanas mendengar pekikkan
polos dari teman yang baru saja dia temui. Entah kenapa dia merasa detakkan
jantungnya yang semakin keras dan cepat.
“Tapi, Uenii
semakin kakoii kalau saja Uenii mau pulang ke rumah. Pastinya Papa
Uenii mencari Uenii. Ayo pulang...” ucapnya.
Ue merengut, “Tidak akan.”
Giliran Taka yang merengut, “Ah kalau seperti itu
sih tidak keren. Malah seperti anak kecil. Seperti adik Taka...” rajuknya.
“Kau...”
“Takachan!!
Takachan!”
Taka menoleh kearah suara itu, “Taka kesana Mama!!”
sahutnya lalu menoleh kembali ke Ue.
Ue semakin cemberut, “Kau akan pulang?”
Taka mengangguk cepat, “Mama sudah mencari Taka.
Jadi Uenii pulanglah. Pasti Papa Uenii juga seperti Mama Taka.”
Ue bangkit, “Ta...”
Cup!
Mata Ue terbelalak, “Jya Uenii... sampai
ketemu lagi...” teriak Taka sambil berlari membelakanginya.
Ue hanya tercengang, “Ta...Taka...chan...” gumamnya tak percya sambil
memegangi pipi kirinya. Masih terasa bibir mungil dab hangat itu menyentuhnya.
000()000
Pria berambut pirang itu tengah berdiri di depan
pintu rumah yang dibilang sederhana dibandingkan rumah yang ditempatinya. Dia melepas kacamata hitamnya yang menutupi
mata sipitnya. Tangannya menekan tombol bel yang ada di samping pintu. Dan
tidak lama pintu itu mulai terbuka dari dalam.
Sosok pria yang berparas manis tercengang,
“Re...Reitasama?”
Reita hanya mengangkat alisnya, “Sumimasen. Apa ini kediaman Matsumoto
Takanori? Apa saya bisa menemuinya?” ucap Reita sopan.
Pria itu mengangguk, “Benar. Ta...Tapi...”
“Siapa Byouchan?”
tanya dari dalam rumah.
Byou menoleh kebelakang, “Itu Kaasan... ada yang mencari Rukinii...”
“Apa??” tanya wanita itu terkejut saat melihat Reita
yang berdiri di depan mereka.
Wanita itu menunduk, “Anda yang bernama Ue itu
bukan?” tanyanya sopan.
Reita semakin menyipitkan matanya, “Benar...”
“Mari masuklah, nak....” suruh wanita itu.
Reita terdiam sambil mengikuti langakah wanita itu,
‘Ada apa? kenapa seribet ini?’
000()000
Reita masih terpaku memandang sesuatu di depannya.
Seandainya tidak ada Byou di dekatnya mungkin saat ini Reita sudah terbelalak
tak percaya. Tapi tidak bisa.
“Ini dia Rukinii.
Aku tinggal dulu, Reitasama.” Ucap
Byou sambil meninggalkan Reita bersama kakaknya.
Setelah dirasanya Byou telah jauh meninggalkan
tempatnya Reita jatuh terduduk dengan mata yang entah kapan sudah basah karena
airmata yang mengalir dari sudut mata sipitnya. Hati dan perasaannya hancur.
Semuanya hancur setelah melihat ini.
“Kau tahu? Tadinya aku ingin mengejutkanmu dengan
tiba-tiba datang menjemputmu. Aku ingin pergi bersamamu hari ini.
Tapi...KENAPA!???”
Reita berteriak dan menangis di depan nisan Ruki
yang berdiri kokoh di depannya. Bangunan batu bertuliskan nama orang yang
dikasihinya itu seakan tak memperdulikan keadaan Reita yang terpuruk.
“Aku belum sempat mengucapkan semuanya padamu. Tapi
kau pergi begitu saja!” bentak Reita sambil menatap marah nisan itu.
Hening.
Reita berdiri dan mendekati perlahan nisan bisu itu.
Tangannya gemetar saat mencoba menyentuh batu dingin itu. Matanya semakin
basah. Ini adalah tangisan pertama kali setelah Ruki menemukannya.
“Takachan...”
ucapnya lirih.
Dia menyentuhkan dahinya ke nisan itu, “Kau tahu,
Takachan?”
“Hari ini ulangtahunku kau tahu? Aku sudah lama
menginginkannya. Merayakannya denganmu. Aku juga dulu mencarimu. Menunggumu di
tempat itu. Tapi aku tidak pernah menemukanmu...”
“...”
“Aku senang sekali waktu itu bertemu denganmu.
Akhirnya aku menemukanmu... tapi hari ini. Hari yang kuinginkan...”
Reita mengangkat wajahnya, “Takachan, hari ini aku ingin mengatakannya padamu. kalau aku... kalau
aku menyukaimu. Menyukaimu... dari pertama aku bertemu denganmu. Dan aku
semakin menyukaimu. Aku juga ingin megucapkan terimakasihku padamu. aku belum
sempat mengatan semua itu padamu.”
“...”
Reita membelai nisan itu seakan membelai pipi lembut
itu, “Aku mencintaimu, Takachan. Eien ni... Forever love you, Takachan...” bisiknya lalu mengecup lembut
nisan itu.
000()000
Reita berdiri menatap nisan di depannya. Ini sudah
kesekian kalinya ia datang kesini. Mata sipitnya menatap nisan itu penuh dengan
kerinduan yang amat sangat. Bibirnya disunggingkan senyuman lembut yang
sebenarnya lebih tepat terlihat getir.
“Hai, ogenki
ka, Ai?” ucapnya.
Airmata itu perlahan mengalir, “Hari ini
ulangtahunku. Kau tidak mau mengucapkan selamat padaku? Atau memberiku kecupan
lembut dari bibirmu itu. Sama seperti 12 tahun yang lalu.” Ucapnya lagi.
Reita tertawa miris, “Padahal aku menginginkan yang
lebih dari itu kau tahu?” ucapnya.
Reita menutup mata dengan tangannya, “Aku benci
merasakan ini. Merasa tersiksa seperti ini. Aku terlalu merindukanmu. Tapi
rinduku tak pernah terlampiaskan.”
“Aku benci... aku benci karena terlalu menyukaimu,
Takachan...” rintih Reita.
OWARI
Hahaha... aku sempet-sempetin nich... tapi telat
ya??? Gak papa kan?? Tapi seperti yang aku bilang, GAGAL!!! Sama sekali nggak menyentuh! Sama
sekali feelnya gak dapet!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar